Peraih Nilai Tertinggi Akan Bekerja Dulu

Categories: ,


Chantika Patma Dewi (18), siswa peraih nilai UN untuk SMK tertingggi di Jawa Timur. Ia terancam tak bisa kuliah karena tak ada biaya. Hingga kini belum dapat beasiswa.

MALANG, KOMPAS.com — Tak semua generasi cerdas dan berprestasi bisa mulus melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi, seperti dialami Chantika Patma Dewi (18), siswi SMKN 8 Kota Malang, Jawa Timur.
Chantika adalah peraih nilai tertinggi, yakni 9,61, untuk SMKN di Jawa Timur. Chantika yang memiliki saudara kembar bernama Ayunda Prima Dewi adalah anak pasangan Jonjang Himawan (49) dan Tutik Arumi (46), warga Desa Sumber Porong, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
Nilai ujian nasional (UN) rata-rata 9,61 didapatkan dari tiga mata pelajaran yang diujikan, yakni Bahasa Indonesia yang mendapatkan nilai 9,60; Matematika 9,75; dan Bahasa Ingris dengan nilai sempurna, 10,0.
Menurut Chantika, tak berhasil meraih nilai sempurna dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia karena sulit menentukan titik koma. "Selain itu, ejaannya juga sulit, ada besar kecilnya. Ya, mungkin karena kurang teliti," katanya. Untuk Bahasa Indonesia, lanjutnya, sedikit kesulitan karena harus banyak bercerita layaknya orang mendongeng.
Sementara berhasil meraih nilai sempurna dalam Bahasa Inggris karena terlihat lebih mudah. "Sebenarnya pelajaran yang paling saya suka Matematika, tetapi hasilnya kurang maksimal," kata siswi Jurusan Teknologi Komputer ini.
Sejak kelas I, Chantika duduk satu kelas dengan kakaknya yang juga saudara kembarnya, Ayunda Prima Dewi. Saudara kembar Chantika itu juga berhasil meraih nilai UN terbaik ke-6 di SMKN 8 Kota Malang.
Hasil yang sangat memuaskan itu, menurut Chantika, merupakan buah kerja kerasnya dalam mempersiapkan diri menghadapi UN. Kerja keras itu dia lakukan dengan banyak belajar mengerjakan soal-soal UN secara mandiri.
"Rahasianya hanya belajar malam hari. Biasanya saya mulai belajar dari pukul 23.00 WIB hingga 24.00 WIB. Setelah itu, saya langsung istirahat," katanya.
Setiap hari Chantika pulang sekolah pada pukul 17.00 WIB. Jarak sekolah ke rumahnya sekira 25 km. Setiap hari dia rela berdesakan dengan penumpang lain di dalam angkutan umum, baik saat akan berangkat sekolah maupun pulang sekolah.
Kepada Kompas.com, Chantika mengaku hingga saat ini belum bisa menentukan apakah akan melanjutkan pendidikannya karena tak ada biaya untuk kuliah. "Harapan saya bisa kuliah. Tapi kakak kembaran saya juga mau kuliah. Semoga saja Bapak ada uang," harapnya.
Sebenarnya, Chantika sudah diterima di Politeknik Negeri Malang melalui jalur penelusuran minat dan kemampuan (PMDK). "Kalau tak ada biaya, saya harus kerja dulu. Kalau sudah ada uang, mungkin baru bisa melanjutkan kuliah," ujarnya lirih dan terlihat pasrah.
Menurut Jonjang Himawan, ayah Chantika, hingga kini memang belum ada kepastian anaknya akan melanjutkan atau langsung bekerja. "Karena biaya juga belum ada. Persoalannya, Chantika itu anak kembar. Kakaknya juga berprestasi dan mau kuliah. Kalau dua-duanya sama-sama mau kuliah, kami jelas tidak mampu," katanya.
Jonjang mengatakan, dirinya pegawai negeri sipil (PNS) di Rumah Sakit Jiwa Lawang, Kabupaten Malang. "Gaji saya hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari. Saya kerja di bagian laundry," ujarnya.
Jonjang hidup bersama istri dan anaknya di salah satu rumah di kompleks Perumahan Dinas Rumah Sakit Jiwa Lawang. "Rumah saja kami belum punya. Semoga saja kedua anak saya bisa melanjutkan kuliah. Biaya kuliah sekarang mahal, Mas," katanya.
Ditanya apakah sudah ada tawaran beasiswa, Jonjang dan Chantika mengaku hingga kini belum ada. "Sampai saat ini belum ada tawaran beasiswa. Semoga saja nanti ada," kata Jonjang berharap.

Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

No Response to "Peraih Nilai Tertinggi Akan Bekerja Dulu"

Post a Comment