
ANTARA/Ampelsa/ip
Pengurus koperasi petani tebu di Pabrik Gula Kebonagung, Kabupaten Malang, Suliono kepada Media Indonesia, Rabu (25/5) mengatakan pendapatan petani turun karena selain rendemen rendah, juga harga lelang gula turun dibandingkan tahun lalu.
Ia menjelaskan awal musim giling dilakukan 5 Mei dengan rendemen bagi hasil gula untuk petani rata-rata 5,2 kg per kwintal tebu. Terjadi penurunan rendemen dibandingkan awal musim giling 2010 mencapai 6,4 kg per kuintal tebu.
Demikian pula dengan harga lelang gula pertama yang dilakukan 16 Mei hanya Rp8.150 per kg. Harga lelang itu turun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp8.450 per kg.
"Rendemen riil rendah, selain itu harga lelang gula hanya Rp8.150 per kg. Sehingga petani yang menjalani awal musim giling tahun ini belum bisa menikmati hasil panen tebu mereka," tegasnya.
Ia menjelaskan rendemen rendah karena curah hujan masih tinggi. Sehingga mempengaruhi kadar gula dalam batang tebu. Beban petani semakin berat karena terjadi kenaikan biaya operasional tebang dan angkut tebu dari kebun ke pabrik gula.
Sebelumnya biaya pada sektor penebang Rp2.500 per orang per kwintal tebu, sekarang naik menjadi Rp3.000 per orang per kwintal tebu. Padahal per hektare lahan butuh penebang tebu sebanyak 5-8 orang.
Hal itu masih ditambah dengan kenaikan biaya sewa truk sebelumnya Rp3.000 per kuintal tebu, sekarang menjadi Rp3.300 per kuintal tebu. Selain itu harga sewa lahan tebu juga naik dari Rp7 juta menjadi Rp10 juta per hektare. "Pendapatan petani semakin tipis," ujarnya.
Bagi petani yang memiliki lahan sendiri masih memiliki pendapatan rata-rata Rp3 juta per hektare lahan. Itu belum dipotong oleh biaya lain-lain, diantaranya membayar hutang pembelian pupuk. Kondisi lebih parah dialami oleh petani yang menyewa lahan karena harga sewa semakin mahal.
Musim giling 2010 di Pabrik Gula Kebonagung mampu menghasilkan 936 ribu kuintal gula dari 1.900 orang petani di 18 kecamatan.
Kondisi yang sama juga dialami petani tebu di Kecamatan Gondanglegi. Manajer KUD Gondanglegi Usman Rasyid mengatakan lelang gula petani di Pabrik Gula Krebet Baru, Kecamatan Bululawang, dihargai Rp8.030 per kg atau lebih rendah ketimbang lelang gula di Pabrik Gula Kebonagung.
Demikian pula rendemen bagi hasil gula petani hanya 4,2 kg per kuintal tebu. Sehingga pendapatan petani tebu untuk musim giling tahun ini sangat minim. Penyebabnya karena terjadi kenaikan biaya operasional dan sewa lahan. KUD Gondanglegi memiliki 3.080 orang petani tebu sebagai anggota dengan luas lahan mencapai 3.600 hektare.
Ia menjelaskan cuaca yang lebih banyak hujan selama dua tahun terakhir merugikan petani."Bobot batang tebu menjadi turun 10-20 persen," tegasnya.
Dampaknya hasil panen jeblok yakni tahun sebelumnya per haktare lahan mampu menghasilkan 10 ton per hektare lahan, sekarang hanya 8-9 ton. Sedangkan biaya perawatan per hektare lahan minimal butuh Rp8 juta.
Bagi petani pemilik lahan sendiri masih bisa tenang, tapi bagi petani penyewa lahan kondisinya tambah sulit. Pasalnya sewa lahan tebu per hektare di Gondanglegi mencapai Rp20 juta sampai Rp30 juta per tahun. "Idealnya harga lelang gula Rp8.500 per kilogram, sehingga petani bisa sedikit diuntungkan," katanya. (BN/OL-2)
No Response to "Awal Musim Giling, Petani Tebu di Malang Merana"
Post a Comment