Ngopi dan Nongkrong di Bangunan Setengah Jadi

Categories:

Jumat, 07 Mei 2010 21:32
Siapa yang tidak pernah ke Jalan Soekarno-Hatta (Soehat)? Jalan protokol yang membentang mulai kawasan Blimbing hingga Betek ini adalah salah satu pusat kuliner yang ada di Kota Malang. Puluhan tempat makan berjejer, entah itu warung kaki lima ataupun resto berkelas.
Menariknya, jika malam tiba, suasana Jalan Soehat semakin berwarna. Banyak bermunculan tempat ngopi dan nongkrong. Salah satu tempat ngopi yang sudah memiliki ‘nama besar’ di kawasan Soehat adalah Kopi Jalanan. Lokasi Kopi Jalanan terletak di sebelah selatan bangunan Vihara. Sebelum berdiri di lokasi ini, Kopi Jalanan awalnya berdiri di kawasan yang sama, tetapi letaknya di sebelah gedung Polinema. Dengan lokasi yang sekarang hanya berjarak sekitar 50 meter.
Di lokasi yang baru ini, Kopi Jalanan memanfaatkan bangunan setengah jadi yang cukup besar. Memanfaatkan bangunan setengah jadi memang tidak ada indah-indahnya untuk sebuah tempat nongkrong. Tetapi saat Malang Post menginjakkan kaki di tempat ini, justru dengan model bangunan setengah jadi membuat suasana semakin asyik.
Di bagian depan, adalah bagian outdoor. Di sini terdapat beberapa meja dan lesehan. Banyak pengunjung yang menyukai area ini karena sembari ngopi dan nongkrong bisa melihat lalu lalang kendaraan yang melewati Jalan Soehat. Apalagi posisi bangunan juga sedikit di atas median jalan, sehingga meski berada di luar tidak akan terganggu dengan asap mobil atau motor.
Masuk ke bagian tengah, pengunjung akan menemui sebuah panggung mini dengan backdrop bertuliskan Kopi Jalanan. Di sini adalah tempat live music. Ada beberapa meja yang ditata mengitari panggung mini untuk pengunjung yang ingin menikmati sajian musik. Sedangkan di bagian dalam adalah tempat yang lebih privasi.
“Menggunakan bangunan setengah jadi justru membuat suasana Kopi Jalanan semakin asyik. Terbukti para pengunjung betah ngopi dan nongkrong berlama-lama di sini bersama kawan-kawannya. Apalagi sesekali ada live music yang menghibur mereka,” ujar pemilik Kopi Jalanan, Dhara Mustika yang ditemani sang suami, Reynold Singgih.
Meski namanya Kopi Jalanan, bukan berarti yang mampir ke tempat ngopi ini adalah orang-orang jalanan yang tak jelas juntrungannya. Justru pengunjung yang datang ke tempat ini banyak berasal dari kelompok mahasiswa. Bahkan, tak jarang kalangan eksekutif juga senang nongkrong di tempat ini.
Dhara mengaku, usahanya ini memang tidak membidik satu segmen tertentu saja. Dengan nama Kopi Jalanan, ia ingin yang datang ke tempatnya adalah semua kalangan. Nama Kopi Jalanan sendiri sengaja diangkat agar orang-orang tidak sungkan mampir ke tempatnya.
“Kalau kita menggunakan nama aneh-aneh, justru orang akan sungkan datang. Kalau sudah begitu, suasana ngopi dan nongkrong pun tidak akan tercipta di tempat ini. Padahal yang namanya tempat ngopi dan nongkrong suasananya harus asyik,” ungkap Ibu satu anak ini.
Karena ingin menyasar seluruh kalangan, Kopi Jalanan pun mematok harga menu dengan harga yang sangat bersahabat. Ngopi dan Nongkrong di tempat ini tidak akan membuat kantong pecinta kuliner jadi bolong! (nda)

Kopja Man Untuk Pria, Kopja Girl Untuk Wanita
Namanya saja Kopi Jalanan, tentu saja menu andalan yang disajikan di tempat ini adalah minuman kopi. Dhara menyebutkan ada beberapa menu spesial di tempat yang didirikannya bersama Reynold 9 agustus 2008 lalu. Di antaranya adalah menu Kopi Jalanan.
Pada minuman panas yang satu ini, tidak hanya sekadar kopi. Anak pertama dari dua bersaudara ini mengaku ada bahan khusus yang membuat menu Kopi Jalanan berbeda dengan kopi-kopi lainnya. Pecinta kuliner akan mengetahui perbedaan Kopi Jalanan dengan kopi-kopi lainnya saat minuman ini disajikan.
“Kali pertama yang membedakan Kopi Jalanan dengan kopi lainnya adalah dari sisi Aroma. Kami mencampur aroma rahasia agar Kopi Jalanan ini semakin menggiurkan,” kata Dhara.
Menu kopi spesial lainnya yang disajikan di Kopi Jalanan adalah Kopja Man dan Kopja Girl. Kopja Man dan Kopja Girl adalah minuman kopi yang sudah dicampur dengan rempah. Yang membedakannya adalah, Kopja Man tidak mengandung susu, sedangkan Kopja Girl diberi tambahan susu.
“Biasanya yang suka dengan kopi susu adalah pengunjung wanita. Karena itu, kami pun menciptakan Kopja Girl yang terdiri dari kopi, rempah dan susu. Sementara untuk Kopja Man, tidak mengandung susu,” terang wanita yang pernah menempush studi di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya ini.
Bagi pengunjung yang tidak hobi ngopi, bukan berarti tidak bisa nongkrong di tempat ini. Kopi Jalanan menyediakan beragam minuman non-kopi yang tak kalah spesialnya. Seperti minuman panas Hot Chocolate, American Friend, Susu Penasaran dan Es Purple Lime.
Dhara juga memastikan jika minuman kopi dan cokelat yang disajikan di tempatnya ini tidak menggunakan kopi dan cokelat sachet-an seperti yang dilakukan di tempat ngopi lainnya. Baginya, haram menyajikan minuman kopi dan cokelat dari bungkus sachet-an. Pasalnya jika menghidangkan kopi dan cokelat sachet-an, tidak akan ada bedanya dengan yang dibuat sendiri di rumah masing-masing.
“Banyak sih yang pesan minuman sachet-an seperti Milo, Ovaltine dan Mocacinno. Tetapi kami selalu menjelaskan kepada mereka bahwa minuman yang kami sajikan tidak menggunakan produk-produk sachetan seperti itu. Kami hanya ingin menghadirkan menu-menu yang berbeda meskipun kami mematok harganya tidak mahal,” lanjut Dhara lagi.
Sementara untuk menu-menu makanan, Dhara mencoba tampil kreatif dengan menghadirkan olahan-olahan dari bahan mie instant, omelet telur, roti bakar, pisang bakar dan jagung serut. (nda)

Baca Nasib dengan Kartu Tarot
Tempat ngopi dan nongkrong kebanyakan selalu menyajikan hiburan live music. Di Kopi Jalanan pun pecinta kuliner akan menjumpai hiburan ini, tepatnya berada di ruang tengah. Sajian live music dihadirkan setiap hari mulai pukul 20.00 hingga 23.00.
Hiburan live music ini dihadirkan secara suka-suka. Tidak harus home band yang mengisi, tetapi pengunjung yang ingin nge-jam pun diperkenankan untuk mengisi. Dhara mengaku banyak pelanggannya yang datang lalu ikut menyumbangkan suaranya untuk menghibur pengunjung lainnya.
“Jenis musiknya pun juga tidak dibatasi. Mau top 40, musik country, rock sampai campur sari, monggo-monggo saja. Yang penting bisa menghibur pengunjung lainnya,” terang Dhara.
Selain live music, ada hiburan lain yang bisa dinikmati pengunjung Kopi Jalanan, yakni ramalan kartu tarot. Pengunjung yang ingin diramal menggunakan kartu tarot oleh si peramal, Anton Kentang dari Orhacles tinggal menyodorkan uang Rp 10 ribu untuk satu kali ramalan. Pertanyaan ramalan boleh seputar pekerjaan, percintaan hingga masalah-masalah lain yang perlu dicarikan jalan keluarnya.
“Namun tidak seperti hiburan live music yang bisa dinikmati oleh pengunjung setiap harinya, khusus kartu tarot hanya bisa dinikmati oleh pengunjung setiap hari Rabu dan Jumat. Sebab untuk hari lainnya, sang peramal ‘dinas’ di tempat lain,” candanya.
Di tempat ngopi dan nongkrong ini hanya satu yang kurang, yakni fasilitas WiFi. Dhara sendiri mengaku memang belum menyediakan fasilitas tersebut untuk pengunjungnya, tetapi ke depannya, ia memastikan fasilitas WiFi akan melengkapi keberadaan Kopi Jalanan. Namun fasilitas WiFi ini hanya akan diaktifkan di jam-jam siang hingga sore. Jika diaktifkan hingga malam, maka suasana nongkrong yang fungsinya untuk sosialisasi pun bisa-bisa tergerus karena pengunjung terlalu asyik dengan dunia mayanya.
“Selain itu, kalau WiFinya diaktifkan sampai malam, kasihan pengunjung yang belum mendapatkan tempat. Sebab biasanya kalau lagi asyik internetan, pengunjung lupa waktu. Kalau sudah begitu, ia akan terus-terusan duduk di sana dan tidak memberi kesempatan untuk pengunjung lainnya,” pungkas Dhara sembari menyebutkan jika semakin malam Kopi Jalanan semakin ramai. (nda)
 

Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

No Response to "Ngopi dan Nongkrong di Bangunan Setengah Jadi"

Post a Comment