Jumat, 07 Mei 2010 20:22 | |
foto : Suasana KA Malabar yang nyaman. Dari Malang ke Bandung kini semakin mudah. Akses pebisnis dan penghobiu traveling dari Kota Malang dan sekitarnya kini dimanjakan dengan akses jalur kereta api Malang – Bandung Raya (Malabar). Istimewanya, jalur kereta api baru ini juga memungkinkan kita untuk traveling singkat di Kota Kembang ini. Berikut tulisan wartawan Malang Post Shuvia Rahma yang minggu lalu mengikuti perjalanan perdana KA Malabar. BANDUNG, kota dingin di wilayah Jawa Barat ini terkenal sebagai Paris Van Java. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya. Selain banyak melahirkan musisi terkenal, Bandung juga menjadi salah satu objek wisata yang mengasikkan. Hawa sejuk untuk refreshing, pusat fashion anak muda, hingga wisata kuliner bisa didapatkan di kota yang dialiri dua sungai utama yaitu Cikapundung dan Citarum ini. Bagi warga Malang, berkunjung ke Bandung dengan capat dahulunya cukup merepotkan. Kalaupun harus naik pesawat, paling tidak harus ke bandara Surabaya dahulu. Sebab dari Malang belum ada akses pesawat Malang-Bandung. Begitu juga akses ke Bandung khususnya untuk kereta api baru bisa dicapai melalui Surabaya yaitu dengan menggunakan kereta api Turangga. Namun, sejak 30 April lalu, PT KAI memutuskan untuk membuka koridor Malang – Bandung melalui kereta Malabar Express. Ada tiga pilihan tiket yaitu Ekonomi (Rp 80 ribu), Bisnis (Rp 130 ribu), dan Eksekutif (Rp 200 ribu). Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 17 jam. Berangkat pukul 15.30 WIB dan sampai di Bandung pada pukul 08.30 WIB. Wakil Kepala Stasiun KA Kota Baru, M Irfan Karsidi menyebutkan, sebelum membuka jalur Malang – Bandung, pihaknya telah melakukan survey kepada 11 ribu responden di Malang dan Bandung. “Hasilnya lebih dari 90 persen responden menginginkan adanya koridor Malang- Bandung,” ucap Irfan. Memang, bagi wisatawan, Malabar akan memberikan banyak kemudahan. Sebelum KA Malabar dioperasikan, biasanya akses ke Bandung menggunakan jalur bis, kereta api dan pesawat terbang. Hanya saja, semua jenis transportasi tersebut tidak ada yang membuat akses langsung Malang – Bandung. Misalnya saja kereta Turangga. Koridor kereta ini juga menuju Bandung, hanya saja penumpang harus melalui Surabaya terlebih dahulu. “Sementara untuk ke Surabaya kita harus melewati Sidoarjo. Padahal untuk saat ini area tersebut sangat rawan untuk dilewati,” ucap Seonardi, salah satu penumpang KA Malabar yang ditemui Malang Post akhir pekan lalu. Dengan keberadaan KA Malabar, penumpang pun akan terhidar rute Surabaya sebab kereta ini melewati jalur selatan yaitu Blitar dan seterusnya. Hal ini tentu saja akan membuat perjalanan nyaman dan anti was-was. “Yang penting nggak harus ke Surabaya dan nggak lewat Sidoarjo,” tegas pensiunan AURI itu. Untuk ukuran perjalanan selama 17 jam, harga yang ditawarkan KA Malabar cukup terjangkau. Fasilitasnya pun cukup memuaskan. Untuk ekonomi misalnya, harga tiketnya Rp 80 ribu. Termurah di antara kelas lain. Fasilitasnya ? Selain kebersihan dan tempat duduk yang nyaman, penumpang ekonomi juga tidak perlu direcoki dengan para pedagang asongan karena di kereta ini, pedagang asongan tak diizinkan masuk. Kalau punya uang lebih banyak, bisa dipilih kelas bisnis. Harganya Rp 130 ribu. Fasilitasnya tak jauh berbeda, hanya saja untuk penumpang kelas ini akan mendapatkan pendingin ruangan berupa kipas angin yang berjejer rapi di bagian atas gerbong kereta. Bagi pebisnis yang membutuhkan kenyamanan saat perjalanan jauh, bisa memilih kelas eksekutif. Termahal di antara yang lain, yaitu Rp 200 ribu. Fasilitasnya tentu jauh berbeda dengan dua kelas di bawahnya. Fasilitas AC dengan tempat duduk yang dilengkapi dengan bantal dan selimut pasti akan memanjakan penumpangnya. Salah satu penumpang yang sudah merasakan perjalanan menggunakan KA Malabar adalah Bambang (39). Pengusaha asal Malang ini mengaku melakukan perjalanan Malang – Bandung dua kali dalam sebulan. Bisnis fashion yang digelutinya membuatnya harus sering-sering ke Bandung. “Biasanya naik bis. Tapi kalau pakai Malabar jadi lebih efisien, meskipun jarak tempuhnya tak jauh berbeda, tapi kalau naik kereta saya nggak perlu naik turun bis,” ujar Bambang kepada Malang Post.(fia/lim) D’Peron Dilengkapi Hot Spot Salah satu pemberhentian yang memberi waktu cukup lama bagi penumpang istirahat adalah di pemberhentian Cipendeuy. Biasanya kereta berhenti sekitar pukul 07.00 WIB. Di stasiun itu terdapat beberapa pedagang makanan yang siap menyambut penumpang yang ingin sarapan. Beberapa makanan yang disediakan antara lain ayam goreng, nasi kuning dan bala-bala (perkedel jagung). Kocek yang dirogoh pun tak terlalu dalam. Untuk ayam goreng dengan potongan besar dijual dengan harga Rp 5.000 plus krepes. Sedangkan nasi kuning yang telah dibungkus dihargai Rp 1.000. Dan pemberhentian terakhir kereta Malabar adalah di Stasiun Bandung Lama. Lokasinya berada di pusat kota membuat wisatawan cukup mudah jika ingin berkeliling Bandung. Namun sebelum berkeliling sebaiknya anda mengistirahatkan badan sejenak setelah menempuh perjalanan 17 jam. Yang mengasyikkan adalah, untuk menemukan tempat peristirahatan pun tak terlalu jauh. Dalam area stasiun terdapat sebuat lounge yang menawarkan jasa persewaan kamar mandi. Nama tempat tersebut adalah D’Peron. Tarif yang dipatok sebesar Rp 20 ribu. Dengan harga tersebut, pengunjung bisa menikmati fasilitas mandi sepuasnya. Ada sekitar tiga kamar mandi dengan dua ruang khusus toilet. Ketika masuk D’Peron, petugas akan langsung menanyai anda. Apakah langsung mandi atau pesan minuman. Namun, jangan khawatir, anda tak perlu menambah biaya untuk minuman, sebab tarif Rp 20 ribu sudah termasuk minuman, bisa pilih panas atau dingin. Jika ingin langsung mandi, maka petugas akan menyodorkan tas yang berisi sebuah handuk bersih dan sandal jepit. Pihak pengelola sengaja memisahkan ruang mandi antara laki-laki dan perempuan. Ini demi kenyamanan. Tak perlu mengeluarkan peralatan mandi ketika memasuki D’Peron. Sebab di tempat tersebut telah disediakan sabun cair, shampoo yang lengkap dengan kondisioner serta hair dryer. Baterai ponsel atau baterai laptop habis? Jangan khawatir sebab di sini anda bisa men-charge baterai ponsel, kamera digital dan laptop. Tak hanya mengisi baterai, anda juga bisa memanfaatkan lokasi tersebut untuk sejenak mengupdate status di facebook anda secara cuma-cuma. Ya, D’Peron juga dilengkapi dengan fasilitas hot spot sehingga anda bisa bersantai melepas penat sambil minum dan berhot spot ria.(fia/lim) Bolen Kartika Sari Selalu Dicari SELESAI bersantai dan melepas penat, anda bisa mulai berjalan-jalan. Akan ada banyak objek wisata yang bisa anda kunjungi. Namun jika waktunya terbatas, anda bisa memilih berjalan-jalan di sekitar stasiun Bandung. Setidaknya di sekitar lokasi wisata, anda akan menemukan tempat untuk berbelanja oleh-oleh bagi keluarga dan kolega di rumah. Jika ingin berbelanja makanan, setelah keluar dari stasiun, anda bisa melangkahkan kaki ke sebelah kiri. Tak jauh dari stasiun kereta api, anda akan menemukan pusat makanan sekaligus pusat belanja oleh-oleh Kartika Sari. Kartika Sari bisa dikatakan pusat oleh-oleh terbesar di Bandung. Hingga saat ini ada tujuh cabang Kartika Sari yang kesemuanya berdiri di Bandung. Salah satunya adalah yang berposisi di Jalan Kebon Jukut, cabang yang posisinya paling dekat dengan Stasiun Bandung. Di Kebon Jukut, Kartika Sari terdiri dari tiga lantai. Di dalamnya, berjejer aneka oleh-oleh kuliner khas Bandung. Selain itu, pengunjung juga bisa bersantai sambil menikmati menu khas Bandung yang memang disediakan di restoran yang berlokasi di lantai atas. Varian oleh-oleh makanan yang dihadirkan pun sangat banyak, mulai dari yang klasik (oncom Bandung), hingga kuliner modern. Salah satu yang menjadi favorit pengunjung adalah Bolen. Bolen merupakan makanan berbentuk bulan dengan isi di bagian dalamnya. Varian isi bolen bermacam-macam, mulai dari cokelat, keju, pisang, hingga durian. Harga yang ditawarkan untuk bolen durian adalah Rp 270 ribu untuk satu kotak berisi 10 buah bolen. “Untuk bolen, ketahanannya hanya 4 hari saja,” ucap penjaga toko Kartika Sari.(fia/lim) Aneka Diskon di Pasar Baru BERANJAK dari toko kue Kartika Sari, kita bisa beralih ke Pasar Baru Bandung. Jaraknya dari Stasiun Kereta Api Bandung pun tak terlalu jauh, bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 10 menit. Selain dikenal sebagai tempat belanja busana murah meriah, di Pasar Baru juga banyak toko yang menyediakan oleh-oleh di lantai bawah. Segala jenis oleh-oleh, terutama dari jenis keringan (keripik tempe, keripik oncom, keripik belut, segala jenis kerupuk dll), bisa dijumpai disini. Selain itu tidak ketinggalan juga segala jenis dodol atau wajit. Hanya saja, karena konsep pasar, maka anda pun wajib melakukan tawar menawar agar dapat harga bagus. Untuk dapat oleh-oleh pun, pengunjung tak harus masuk ke dalam pasar. Sebab di sepanjang jalan menuju lokasi Pasar Baru juga berjejer toko yang menjual berbagai produk khas Bandung. Hanya saja jika ingin mendapatkan variasi pilihan, sebaiknya masuk ke dalam pasar. Stand-stand yang ada di dalamnya menawarkan banyak pilihan. Pilihan produk fashion yang paling banyak adalah untuk tshirt. Biasanya tshirt dijual dengan harga Rp 15 ribu per potong. Jika membeli dalam jumlah banyak, usahakan meminta potongan harga. Jika anda beruntung, kemungkinan besar penjualnya akan memberikan potongan hingga kisaran Rp 5.000 dari total transaksi anda. “Nggak bisa banyak, karena memang kita ini jual harga grosir teh( kakak dalam bahasa Sunda),” ucap Ricky, salah satu pemilik clothing label yang berjualan di Pasar Baru.(fia/lim) Bakso Rudal Super Besar Tak lengkap kalau jalan-jalan tanpa menyantap kuliner khas Bandung. Ketika menuju Pasar Baru dari Stasiun Bandung, anda akan menemukan salah satu warung yang cukup menggugah selera. Mengingatkan Malang yang kental dengan ciri khas bakso, maka di Bandung pun juga memiliki bakso andalan. Namanya bakso Rudal. Disebut rudal karena ukurannya yang super besar kira-kira sebesar bola tennis. Sehingga dijamin bisa meledakkan perut konsumen karena terlalu kenyang. Mungkin kalau di Malang, bakso rudal bisa disamakan dengan bakso urat. Penyajiannya ada dua jenis. Bakso rudal tanpa campuran atau bakso rudal yang didampingi dengan mi dan sayur hijau dan tauge. Agar mudah dimakan, bakso rudal dibelah menjadi beberapa bagian sehingga wujudnya seperti bunga yang sedang mengembang. Satu porsi bakso rudal dihargai Rp 7.000. Sedangkan jika menu lengkap dengan mi dan tauge harganya menjadi Rp 9.000. Satu yang pasti, jangan lupa mengechek jam tangan anda. Jangan sampai anda ketinggalan kereta Malabar menuju Malang. Karena kereta berangkat dari Bandung pukul 15.30 WIB, setidaknya anda telah siap di dalam gerbong 15 menit sebelumnya.(fia/lim) |
Categories: Pariwisata
Related Posts
Pariwisata
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No Response to "Malabar, Urusan Bisnis Lebih Efisien"
Post a Comment